Friday, January 21, 2005

Sekelumit Cerita Perjalanan

Bukan hanya sekali, dua kali, atau bahkan sepuluh kali terjadi. Aku hanya tersenyum, menarik napas perlahan sebelum menjawab. Entah mengapa kulit dan wajah ini seakan memberi kesan bahwa aku mengerti bahasa mereka. Padahal kata-kata yang keluar, sama sekali tak kumengerti.

"I’m sorry. I don’t understand."

"Oh, sorry. All together… " kasir menyebutkan angka yang harus kubayar.

Sejenak di depan toko, kuteliti kembali peta di tangan, mencari tanda MTR, kendaraan umum yang akan membawa kembali ke tempat penginapan. Tidak jauh. Langkah kuarahkan ke sana, melewati gedung-gedung tinggi dan hiruk pikuk, menuruni tangga berjalan menuju peron kereta bawah tanah.

"Ya wis sing ngati-ati ya!"

Sesaat sebelum menapakkan kaki ke dalam kereta, kudengar ucapan seorang wanita yang melangkah keluar sedang berbicara di telpon genggam. Hey, ada bahasa yang kukenal. Senyumku tersimpul.

Semenit kemudian pintu tertutup dan kereta bergerak cepat. Tua muda memenuhi gerbong. Perhentian beberapa kali mengalirkan arus penumpang. Keluar dan masuk.
Sambil bersandar di dekat pintu, ada pikiran menyisip, "Hmm.. mungkin di antara mereka ada yang bisa berbahasa Indonesia juga."
Mungkin.

..bahasa kantonese..
..bahasa mandarin..

"Next Station is Wanchai"
Pengumuman dari pengeras suara dengan 3 bahasa. Perhentianku.

Ah, terima kasih atas keberadaan bahasa internasional.

-hongkong, pada suatu sore-

Featured Post

Sebuah Dialog Diam

Kereta bergerak menyusuri alur, mendendangkan irama perjalanan. Gelap di luar memperjelas pantulan wajah di kaca. Ada aku dan dia, sang b...