Thursday, June 10, 2004

Terima Kasih Sahabatku

***catatan sa (lagi): Tulisan di bawah masih sambungan dari posting sebelumnya***


Sa, terima kasih sudah diberi kesempatan untuk menulis di blog ini, dan juga kawan-kawan Sa yang telah menyisihkan waktu untuk memberikan tanggapan.
Banyak yang menarik dari tanggapan-tanggapan yang diberikan, seperti pertanyaan Ika: "Yang dimaksud itu wanita ’penjual kata cinta’ atau ’penjual cinta’?"
Jawabnya: Keduanya sama hanya beda bobotnya saja. Penjual kata cinta seperti kanker yang menggrogoti penderitanya, sementara penjual cinta seperti flu.

Benar seperti yang dikatakan ’Bapak Blog Indonesia’ Enda: "Cinta pada dasarnya, tidak pernah datang cuma-cuma". Dibutuhkan waktu, tenaga, pikiran dan materi untuk meraihnya. "Butuh pengorbanan," kata Jaim. Ungkapan yang sama juga ditulis Linda. "Cinta adalah anugerah dariNya", torehan Munadi, "Cintai dan sayangi setulus hati", coretan Elang. Jadi selayaknya pengorbanan dan anugerah itu diterima dengan tulus, bukan malah mengambil kesempatan untuk men’jual’nya.
"Begitulah hidup, yang penting keluar dari kemelut agar tidak terulang lagi", lebih kurang dikatakan SNS, dan "Silahkan pilih cinta sesuai kebutuhan, mana yang ’sreg’ saja", komentar Lembayung (ini pasti cewe yang suka makan di bakso Hek...hehehe).

Memang, itulah akhirnya yang saya lakukan agar tidak terulang lagi. Sementara ini saya pilih yang ’sreg’, yaitu C3*. Tapi tetap tidak dengan menjual kata cinta.

Sekali lagi terima kasih untuk Sa dan kawan-kawan, GBU all.

Jakarta, 10 Juni ‘04

Lelaki Liar

C3* = Chek-in Cret Chek-out (just sex, no commitment)

No comments:

Post a Comment

Featured Post

Sebuah Dialog Diam

Kereta bergerak menyusuri alur, mendendangkan irama perjalanan. Gelap di luar memperjelas pantulan wajah di kaca. Ada aku dan dia, sang b...