Friday, June 04, 2004

Jawaban untuk Sahabatku

***catatan sa :
tulisan di bawah adalah tulisan dari seorang sahabat yang ingin menuangkan ungkapan hatinya dalam goresan kata. silahkan berkomentar jika anda ingin.***


Where were you when I was burned and broken
While the days slipped by from my window watching
Where were you when I was hurt and I was helpless
Because the thing you say and the things you do surround me
While you were hanging yourself on someone else’s word
Dying to believe in what you heard
I was staring straight into the shining sun

*Pink Floyd, The Division Bell, syair kepedihan seseorang lelaki yang ditinggal oleh kekasihnya.


Sahabatku dalam tulisannya di sini (18/11 Lelaki Kesepian), dan juga beberapa kawan wanita pernah menanyakan suatu hal yang intinya: ”Apakah sudah tidak ada cinta dalam hatimu untuk seorang wanita. Apakah wanita akan selalu menjadi obyek (sex) buat kamu?"

Tidak Sahabat, masih ada cinta dalam hati ini. Tapi merasakan bagaimana cinta dan kasih yang tulus dibantai habis-habisan oleh wanita-wanita penjual kata ’Cinta’, membuat aku selalu berfikir panjang untuk menerima cinta seorang wanita.

Wanita penjual kata ’Cinta’ semakin marak tumbuh dengan berbagai latar belakang alasan. Ada yang sekedar melepaskan diri dari belitan kesulitan ekonomi, ada yang ingin memperkaya diri atau berbagai alasan lainnya. SADIS nya lagi, wanita penjual kata ’Cinta’, akan dengan mudah dan tanpa perasaan mencampakan pasangannya, yang dengan penuh kasih ’selalu ada’ bila wanita itu dalam kesulitan baik moril maupun materiil. Dan itu dilakukan hanya untuk lelaki lain yang menawarkan materi lebih, seperti digambarkan syair lagu diatas.

Sahabatku, pertanyaanmu yang terakhir, seharusnya juga ditanyakan kepada kaum kamu yang menjual kata cinta: ”...apakah lelaki akan selalu menjadi obyek (goldmine) buat kamu?”...hehehe...itu baru adil namanya. Intinya, Sahabatku, sudah cukup tiga wanita membantai habis-habisan perasaanku, jangan sampai ada yg ke-empat. Itulah sebabnya kemudian aku jadikan mereka obyek, sebelum mereka menjadikan aku sebagai obyek, membunuh sebelum dibunuh. Adil kan?.

Tapi satu hal Sahabatku, tidak pernah sekalipun aku menjual kata ’Cinta’ atau menggunakannya sebagai senjata untuk mendapatkan obyek (sex)...I just asking, would you like to have sex with me? Plain and simple, no bullshit about love...mereka mau, terima kasih...rejeki gue! Untuk aku kata ‘Cinta’ tetap suci, aku tidak akan pernah menjualnya untuk apapun, aku akan memberikan kata ‘Cinta’ secara cuma-cuma hanya kepada wanita yang pantas untuk mendapatkannya!

Jakarta, 4 Juni ‘04

Lelaki Liar

No comments:

Post a Comment

Featured Post

Sebuah Dialog Diam

Kereta bergerak menyusuri alur, mendendangkan irama perjalanan. Gelap di luar memperjelas pantulan wajah di kaca. Ada aku dan dia, sang b...