Saturday, January 31, 2004

"The Guilt Keeps Us Sharp. It Makes Us Better.

Wajahnya pucat pasi. Kata-kata yang ingin dikeluarkan seakan sukar tertumpahkan.
"Ada apa?" tanya Horatio.

"Saya akan mengundurkan diri dari pekerjaan dan saya ingin kamu orang pertama yang tahu akan hal ini."

Horatio memandangnya tak percaya."Ronnie, kamu tidak bisa menduga apa yang akan terjadi saat itu." 

Ronnie semakin gelisah, "Tapi banyak korban berjatuhan." Pandangannya teralih pada banyaknya karangan bunga di dekat gedung yang terbakar beberapa hari lalu. Dan Ronnie adalah seorang yang bertanggung jawab dalam memberikan ijin menggunakan bangunan. Sebenarnya ijin menggunakan bangunan tersebut sudah habis, namun terlewatkan karena sang pemilik tahu bagaimana menggunakan orang dalam.

"Aku mengerti," Horatio melanjutkan,"Tapi kami butuh orang yang berkualitas dan semakin sukar mendapatkan orang seperti kamu di masa kini".

"Tapi rasa bersalah..." wajahnya menjadi kosong.

Horatio meyakinkan, "Rasa bersalah membuat kita semakin yakin, semakin hati-hati. Kita menjadi lebih baik" Horatio menarik napas panjang."Pikirkan kembali".

Ronnie mengangguk seakan membuka mata hatinya."Terima kasih, Horatio."


Cuplikan di atas adalah akhir dari salah satu episode CSI, sebuah film seri televisi. Saat mendengar kata-kata yang diucapkan Horatio, aku tersentuh. Benarkah demikian? Perasaan bersalah yang diakibatkan atas ketidak-jelian dapat menjadikan kita semakin berhati-hati? Semakin tajam dalam menjalankan tugas? 

Mmm... ataukah ini menjadi bagian dari kedewasaan. Jatuh dalam jurang perasaan bersalah tapi sanggup bangkit kembali dan melihat kesalahan sebagai pelajaran berarti. Mungkin, itu yang di maksud Horatio.

Featured Post

Sebuah Dialog Diam

Kereta bergerak menyusuri alur, mendendangkan irama perjalanan. Gelap di luar memperjelas pantulan wajah di kaca. Ada aku dan dia, sang b...